Bandara Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: ap2/jurnas
JAKARTA, Jurnas.com – Dinilai berhasil menjadi bandara yang hemat energi, bandara Banyuwangi di Jawa Timur yang dikelola PT Angkasa Pura II kembali meraih penghargaan Subroto Award 2023 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Penghargaan tersebut diberikan pada 29 September 2023.
Sejalan dengan ini, Bandara Banyuwangi berkesempatan untuk menjadi wakil Indonesia dalam ASEAN Energy Award untuk tahun berikutnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan Penghargaan Subroto merupakan penghargaan tertinggi di sektor energi dan sumber daya mineral.
Manggung Bareng Suki Waterhouse, Hayley Williams Pesembahkan Lagu Twilight untuk Robert Pattinson
"Penghargaan Subroto merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada para pemangku kepentingan yang telah melakukan kinerja terbaik dalam memajukan sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia dalam kurun satu tahun terakhir," ujar Menteri ESDM dalam keterangan tertulis, Minggu (1/10/2023).
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan Penghargaan Subroto ini menjadi salah satu standar dalam mewujudkan efisiensi energi di 20 bandara AP II.
“AP II sangat bangga dan bersyukur atas keberhasilan Bandara Banyuwangi meraih Penghargaan Subroto 2023 yang sangat bergengsi di sektor energi dan sumber daya mineral. Penghargaan ini juga menjadi standar kami dalam mewujudkan efisiensi energi di bandara-bandara AP II lainnya,” ujar Muhammad Awaluddin.
Muhammad Awaluddin mengatakan Gedung Terminal Domestik Bandara Banyuwangi yang dibangun oleh Pemkab Banyuwangi memiliki desain yang mengusung bangunan hijau dan ramah lingkungan.
“Konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan ini kemudian kami perkuat dengan pemanfaatan energi baru terbarukan yakni melalui penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas bangunan,” jelas Muhammad Awaluddin.
Director of Engineering AP II Agus Wialdi mengatakan gedung terminal domestik yang meraih Penghargaan Subroto ini disamping mengusung konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan juga diperkuat dengan pengelolaan energi yang baik seperti konservasi air dan penggunaan konsep skylight untuk pencahayaan.
“Konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan membuat terminal domestik mendapat penghawaan udara secara alami, lalu di atap terminal dilakukan penanaman tanaman (green roof). Di samping itu, sumber energi juga berasal dari energi baru terbarukan melalui PLTS atap. Lalu, dilakukan juga konservasi air dan skylight untuk pencahayaan alami di siang hari,” ujar Agus Wialdi. Sementara itu, Plt Executive General Manager Bandara Banyuwangi Bayuh Iswantoro mengatakan konsep penghematan energi secara pasif pada bangunan diterapkan melalui dua strategi yaitu optimalisasi ventilasi udara alami serta pemanfaatan cahaya matahari pada ruang dalam bangunan.
Adapun dinding terminal domestik juga dibuat dengan kisi-kisi kayu untuk penghawaan udara alami.
“Melalui optimalisasi ventilasi udara alami, area yang menggunakan pendingin udara atau AC hanya sebesar 4,5% dari total area gedung,” ujar Bayuh Iswantoro.
Bayuh Iswantoro menuturkan di samping ramah lingkungan, Terminal Domestik Bandara Banyuwangi juga menampilkan kebudayaan setempat dengan mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Osing sebagai upaya mempertahankan kebudayaan khas Banyuwangi.
KEYWORD :Hemat energi Bandara Banyuwangi AP2 Subroto Award